Breaking News

Outlook Ekonomi Mencemaskan, Harga Minyak Makin Melandai


Harga minyak mentah berjangka masih terus melandai pada perdagangan sesi Asia pagi ini (27/6), memperpanjang penurunan yang berlangsung sejak badai aksi jual menerpa pasar finansial global setelah Inggris memilih keluar dari Uni Eropa. Sentimen penghindaran risiko terus melingkupi pasar sehubungan dengan kecemasan terkait outlook ekonomi dunia menyusul imbas dari event yang dikenal dengan tajuk Brexit tersebut.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan Agustus diperdagangkan di kisaran $48.20 saat berita ini ditulis, meski pada Jumat lalu ditutup pada $48.41. WTI di NYMEX pun jatuh ke kisaran $47.38 setelah merosot nyaris 5% pada akhir pekan lalu. Menurut laporan Reuters, para investor masih kebingungan mengenai apa yang akan terjadi setelah referendum Inggris menghasilkan pilihan untuk keluar dari Uni Eropa, sementara lansekap pasar minyak masih tak menentu.


"Bremain" Minta Tinjau Ulang, EU Menolak Digantung

Referendum menunjukkan bahwa Brexit menang tipis dengan persentase 51.9% vs 48.2%, dan ini tidak bisa diterima dengan baik oleh banyak pendukung Uni Eropa. Lebih dari 1 juta orang Inggris telah menandatangani petisi untuk meminta agar peraturan referendum ditinjau ulang sedemikian hingga pilihan "leave" ataupun "remain" hanya bisa menang bila mendapatkan minimal 60% suara. Karena telah memenuhi kuota, maka petisi tersebut semestinya bakal didiskusikan di parlemen Inggris; jika disetujui, maka berpotensi akan ada referendum Brexit putaran kedua.
Di sisi lain, para petinggi Uni Eropa menginginkan Inggris langsung maju ke langkah berikutnya. Hanya beberapa jam setelah hasil referendum diumumkan dan PM David Cameron menyatakan pengunduran diri, Presiden Parlemen EU menampik keinginan PM Cameron untuk tunda renegosiasi hingga PM baru dilantik 3 bulan mendatang, dan mengatakan mereka ingin Inggris keluar secepatnya dari EU karena tak ingin seluruh Eropa digantung oleh pertikaian internal partai Konservatif Inggris (dalam tarik ulur pemilihan PM baru).

Output Minyak Tetap Tinggi

Pada hari Jumat, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah sumur pengeboran minyak (oil drilling rigs) di Amerika Serikat turun untuk pertama kalinya dalam empat pekan, dari 337 ke 330. Sebelumnya, peningkatan angka dalam data tersebut telah menumbuhkan kecemasan akan meningkatnya produksi Amerika Serikat di tengah kondisi pasar yang masih surplus pasokan. Ke depan, pasar akan memantau data persediaan minyak mentah dari wilayah tersebut yang akan dirilis oleh American Petroleum Institute (API) hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) hari Kamis.
Sementara dari OPEC dikabarkan output minyak Aljazair akan mencapai 69 juta ton tahun ini, naik cukup tinggi dibanding 69 juta ton tahun lalu. Dari segi jalur distribusi, Panama baru saja meresmikan pembukaan kanal pengapalan baru meski masih dibayangi ketidakpastian ekonomi.



Sumber: Seputarforex.com 

Tidak ada komentar